Moshi-moshi, minna-tachi!
Maaf, saya numpang stress. Saya memang punya blog khusus untuk nyumpah-nyumpah. Tapi entry saya kali ini nggak sepenuhnya isinya nyumpah, 'kok. Cuma menumpahkan isi hati. Semoga rasa kesal saya sembuh setelah numpang curhat di sini.
Anda sekalian bebas mengabaikan entry ini.
Begini.
Sore ini saya baru liat para sesepuh author Indo di FFN yang lama berkecimpung di dunia perfanfiksian dan sering nongkrong di Infantrum ribut. Saya pikir kenapa. Rupanya fanfiksi salah satu sepuh diflame hanya karena para author di fandom tersebut tidak suka dengan sindiran yang diselipkan oleh sepuh tersebut di dalam fanfiksinya.
Karena saya tipe orang yang suka bacot di belakang tapi ga berani ngomong di depan, biar saya sertakan fanfiksi mana yang saya maksud.
Tidak lain dan tidak bukan adalah fanfiksi yang, jujur saya tidak terlalu mengerti karena perwayangan bukanlah bidang saya tetapi, apik ini. Kresna Sedha. Bisa kalian klik, dan kalian akan menemukan bahwa fanfiksi tersebut ditampung dalam fandom Screenplays, yang, jika kalian cek, dipenuhi oleh author-author muda penggemar K-Pop. Dan jika kalian lihat halaman reviewnya, bisa kalian temukan bahwa fanfiksi tersebut diflame oleh banyak anak kecil.
Ya, anak kecil.
Saya tidak bisa menganggap bahwa para author tersebut adalah anak muda yang sudah matang. Karena menurut pemahaman saya, mereka kesal karena disebut anak-anak. Karena fandom mereka diselipi oleh kisah lakon perwayangan yang dari judulnya saja membuat perbedaan yang mencolok.
Mereka anak kecil karena mereka tidak bisa menerima hasil karya orang lain!
Apa salah bagi seorang penulis fanfiksi untuk membuat sebuah karya mengenai perwayangan, yang meskipun dianggap banyak orang memiliki efek soporifik karena mereka tidak tertarik dengan tema seperti ini? Apa salah sebuah fanfiksi yang dilahirkan oleh buah pikiran seorang sepuh yang pandai seperti beliau dikecam hanya karena masalah sepele itu?
Tentu tidak.
Kenapa mereka tidak bisa belajar menghargai fanfiksi orang lain?
Jika tidak suka, silahkan abaikan fanfiksi tersebut! Untuk apa membuat flame? Tidak berguna. Buang-buang waktu. Buang-buang tenaga. Buang-buang kuota dan pulsa internet!
Daripada mengirimkan review macam flame yang sangat tidak berguna dan hanya bisa membuat orang lain sakit hati, gunakan waktu dan tenaga kalian yang ada untuk memahami apa arti dari Screenplays itu, bocah!
Screenplays adalah fandom untuk menampung fanfiksi seputar lakon untuk dunia film ataupun pertunjukan lainnya!
Mengapa kalian harus sensi hanya karena sindiran seperti itu?! Abaikan saja kalau tidak suka. ABAIKAN!
Terima kasih, berkat kalian yang kekanakan, saya kehilangan respek pada para author K-Pop. Ternyata mereka hanyalah author dengan pikiran pendek, temperamen, mudah marah, emosional. Yang hanya dengan sindiran sekecil itu, menolak untuk menerima seperti apa contoh yang benar. Dan dengan mudahnya membuat dosa, membuat review seperti itu.
Ya, saya juga bisa saja berdosa karena menghina kalian secara diam-diam seperti ini. Tapi review box bukanlah ajang untuk saling adu argumen. Dan karena saya tidak tahu bagaimana agar Anda bisa menerima suara hati saya, saya terpaksa menulis hal seperti ini di sini, di blog pribadi saya. Tanpa harapan sedikitpun bahwa kalian akan menemukan entry saya ini, maupun mengerti poin-poin amukan saya di atas.
Seperti yang saya utarakan di atas. Saya membuat entry ini hanya sebagai pelampiasan.
Abaikan jika tidak berkenan.
Dengan kesal,
Shara Sherenia
Penulis fanfiksi Indonesia yang tersakiti dengan moral kaumnya
Saya setuju dengan anda.. setelah membaca fic dan review yang anda maksud..
ReplyDeletesaya sendiri seorang author (meski tdk seaktif anda) di FFnet, saya dapat merasakan bagaimana kesalnya jika menemukan flame terhadap fic yang saya buat, seberapa jelek pun fic itu.
Sudah seharusnya kita belajar menghargai hasil karya orang lain, seberapa pun buruknya karya itu.
Saya sangat berharap posting-an ini dapat membuka mata para flamer tak bermoral.
-Fireflies Of The Rain Forest-